PGK bukan Akhir Segalanya, Kenali 3 Jenis Terapi Pengganti Ginjal

13 April 2023

KlikQu – Menaglami penyakit ginjal kronik bukanlah persoalan sederhana. Kebanyakan dari pasien merasa, diagnosis ini adalah akhir dari segalanya. Hari-hari mereka akan dipenuhi dengan pelbagai macam ketakutan dan juga prasangka buruk, yaitu hari-hari menunggu kematian.

Namun, menurut Spesialis Penyakit Dalam, Konsultan Ginjal dan Hipertensi, dr. Nyoman Paramita Ayu, Sp.PD-KGH, alih-alih mengurung diri, baiknya pasien mencoba menerima keadaan dan kembali lebih kuat. Meskipun sulit. didiagnosis menderita penyakit keras bukanlah akhir dari segalanya karena pasien masih bisa melanjutkan hidupnya dengan berkualitas.

“Apapun harus disyukuri karena ada jalan (pengobatannya). Pasien juga tidak sendiri sehingga harus selalu semangat,” kata dr. Paramita kepada KlikQu, Rabu (22/2).

Di Indonesia bahkan dunia, ketika pasien mengalami gagal ginjal dan memasuki tahap akhir ada beberapa metode terapi yang bisa dijalani. Mulai dari Hemodialisis atau cuci darah, Continuous  Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD), dan Transpalantasi Ginjal.

Di Indonesia sendiri berdasarkan data Indonesian Renal Registry (IRR) mayoritas pasien ginjal memilih menggunakan terapi hemodialisis. Sementara sisanya memilih CAPD dan paling rendah presentasenya ialah  transplantasi ginjal.

Untuk lebih jelasnya apa pengertian dari tiga terapi tersebut, berikut rangkumannya;

Hemodialisis

Berasal dari kata ‘hemo’ yang memiliki arti darah dan ‘dialisis’ yaitu pemisahan zat-zat terlarut, terapi ini lebih sering dikenal di Indonesia dengan sebutan cuci darah. Melalui proses cuci darah, pasien akan menjalani proses mengeluarkan zat-zat di dalam darah yang tidak bisa di keluarkan karena fungsi ginjalnya telah rusak.

Nantinya, darah akan di keluarkan dan disambungkan melalui tabung dialiser untuk disaring. Tabung dialiser ini cara kerjanya mirip seperti ginjal alami.

Selain itu, proses hemodialisis juga bertujuan untuk mengeluarkan racun di dalam tubuh, menyeimbangkan mineral seperti kalsium, dan natrium. Biasanya hemodialisis dilakukan oleh pasien selama 3 kali dalam seminggu dengan durasi 3-4 jam per sesi. Hemodialisis yang adekuat akan membentuk pasien yang berkualitas dalam kesehatannya.

CAPD

Pada dasarnya, CAPD dan Hemodialisis memiliki kemiripan yaitu mengeluarkan zat-zat dan racun yang mengendap di dalam tubuh. Bedanya, CAPD merupakan metode dialisis melalui perut dengan memanfaatkan selaput di dalam rongga perut yang memiliki permukaan luas dan memiliki banyak jaringan pembuluh darah.

Dibandingkan hemodialisis, CAPD lebih direkomendasikan oleh para ahli kesehatan karena dengan menggunakan terapi ini, pasien tidak lagi perlu datang ke rumah sakit. Pasien bisa mengganti cairan dialisat untuk mengeluarkan racun di dalam tubuh dimana saja sebanyak 3-4 kali dalam satu hari dan lebih dapat mempertahankan sisa fungsi. Untuk lamanya proses persiapan CAPD adalah 30-45 menit dalam satu kali sesi, dan 3-4 jam untuk proses pergantian cairan selanjutnya.

Dengan demikian, pasien akan lebih fleksibel dalam menjalani aktivitas hariannya. Pasien juga dapat beraktifitas laiknya orang normal mulai dari bekerja, hangout, dan juga bervakansi.

Transplantasi Ginjal

Seperti namanya, transplantasi adalah proses pemindahan jaringan tubuh dari satu tempat ke tempat lain. Transplantasi ginjal ialah prosedur mengganti organ ginjal yang sudah rusak dengan ginjal sehat lainnya dari pendonor ke pasien.

Di Indonesia sendiri donor ginjal bisa didapatkan melalui donor hidup. Tentunya untuk mencapai proses ini diperlukan serangkaian pemeriksaan yang sangat ketat. Pasien yang mendapatkan donor ginjal tentunya akan memiliki kualitas hidup sangat baik dan mampu beraktifitas laiknya orang nomal yang tidak sakit.

Tentunya setelah mendapatkan donor ginjal, pasien juga harus tetap melakukan kontrol ke dokter, rutin minum obat penekan sistem kekebalan tubuh dan menjalani pola hidup sehat. (ATR)